Sejarah AC MILAN sejak 1899 Hingga Kini
“ Saremo una squadra di diavoli. I nostri
colori saranno il rosso come il fuoco e il nero come la paura che incuteremo
agli avversari! ”
“
Kami akan menjadi tim setan. Warna Kami adalah merah sebagai api dan hitam
sebagai ketakutan yang menyerang lawan Kami! ”
Awal masa terbentuk
Klub ini
didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred
Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember
1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin
menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar
pertamanya sebagai jawara sepak bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C.
3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia
dan para pemain dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan
Inggris dalam skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan
membentuk Internazionale.
Masa GreNoLi
Pada dekade
50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi
, yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils Liedholm .Ketiganya
merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan
sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang
bayangan (playmaker). Tim di masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain
berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo
Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari
1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.
Era Nereo Rocco
Milan
kembali memenangi musim 1961/1962. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco,
pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio
(pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José
Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan
memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions
UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah
tim Italia memenangkan Piala Eropa.
Meskipun
begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama
karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto
berikutnya tiba hanya di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati, topskor Seri A di
musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan
juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan
Piala Eropa kedua (4-1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala
Interkontinental pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari
Argentina dalam dua leg dramatis (3-0, 1-2).
Scudetto kesepuluh dan Seri B
Di tahun
1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners kedua;
namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan
“bintang” untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat
bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA,
kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973 mereka
hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal karena hasil kalah
menyakitkan dari Hellas Verona F.C. di pertandingan terakhir musim. AC Milan
menunggu sampai musim 1978/1979 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang
dipimpin oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa
timnya meraih kemenangan tersebut.
Namun, hasil
terburuk datang kepada “Rossoneri”: setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan
didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal
perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan
kembali ke Seri A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan
terdegradasi kembali.
The Dream Team
Kedatangan Berlusconi
Setelah
serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC
Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah
sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong
pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco
van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada
kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo
Ancelotti, dan Giovanni Galli.
Era Sacchi
Sacchi
memenangkan Seri A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan memenangkan gelar Liga
Champions ketiganya, mempecundangi Steaua Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala
Interkontinental kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di
babak perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim
berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990. Skuad
kemenangan Eropa mereka adalah:
Kiper :
Giovanni Galli
Bek : Mauro
Tassotti — Alessandro Costacurta — Franco Baresi — Paolo Maldini
Gelandang :
Angelo Colombo — Frank Rijkaard — Carlo Ancelotti — Roberto Donadoni
Penyerang :
Ruud Gullit — Marco van Basten
Era Capello
Saat Sacchi
meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan
selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The
Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan
Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan
Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti
di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain
di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke
Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung.
Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 4
Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan
dicetak oleh Dejan Savićević (’17)(’18), Gianluigi Lentini (’26), Paolo
Baldieri (’27)(’48)(’58), Christian Antigori (’68), dan Stefano Desideri (’78).
Masa masa sulit (Tabarez ke Terim)
1996-1997
Setelah
kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington
Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka
selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan
kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk
menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk
mereka di Seri A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San
Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba,
Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim
1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A.
1997-1998
Sacchi
digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani
kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen
Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama
buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat
kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti
Sacchi, Capello dipecat.
1998-1999
Dalam
pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik
perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim
1997-1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni
bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas
Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres
Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni
membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah:
Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas
Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro;
Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
1999-2000
Meskipun
sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan
seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker
Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga
Champions UEFA 1999-2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih
awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah)
dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah
tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
2000-2001
Pada musim
berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah
mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan
semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC
Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas
dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara
serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara
teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk
Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan
seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari
Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah
dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut
kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari,
yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah
kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota
Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan
di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini,
Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk
Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang
Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan
mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim
berakhir di tempat keenam.
2001-2002
Milan
memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain
bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke
putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo
Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin
Laursen (dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala
(dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat
sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah
lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat
karena gagal memenuhi direksi harapan.
Era Ancelotti
Terim
digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan
menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo
Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat,
tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah
Christian Abbiati; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha
Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa;
Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara
Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu
penalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus
dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus
menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga
Italia, maka rossoneri-pun semakin ditakuti.
Pasang surut 2006-2008
Pada musim
kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan skandal calciopoli
yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8
poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya
citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi
sepak bola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat
setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar
inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua
tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan
torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain
terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang
mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping.
Musim 2007/2008, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA setelah hanya
berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin.
Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas Udinese, tapi
di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang
akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di
musim berikut (2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya
Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta dan Ronaldinho yang keduanya
berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan mendatangkan
David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepak bola Amerika Serikat LA
Galaxy.
Pasca-Ancelotti
Era Leonardo
Pada akhir
musim 2008/2009,Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga Serie A, dua
peringkat di bawah rival sekota, Internazionale yang meraih scudetto dan di
bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan
mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an,
Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang “hijrah ke
London”, tepatnya klub Chelsea F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa
pemainnya, antara lain:
• Kaka, pindah ke Real Madrid .Nilai
transfernya ± 67 juta Euro
• Paolo Maldini, bek legendaris Milan
ini memutuskan untuk pensiun
• Yoann Gourcuff, memutuskan untuk
tetap di Bordeaux.
Masalah
terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang
selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain.
Pada bulan Juli dan Agustus 2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu
Oguchi Onyewu yang merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status
bebas transfer dan Klaas-Jan Huntelaar eks striker Real Madrid dengan nilai
kontrak 14,7 juta Euro. Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen
pra-musim banyak menuai kekecewaan, pemain anyar yang diturunkan oleh Milan
pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung
bulan Agustus.
Musim
2009/2010 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan
meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy, seterusnya, Milan terus
menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang World Football Challange 2009.
Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh Bayern Munich dengan skor 1-4. Bahkan,
ketika menghadapi derby 30 Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro,
Milan kalah memalukan dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan
terbesar Inter di San Siro.
Pertengahan
Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih
yang tadinya berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai
terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1
di San Siro[3]. Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di
Stadion Santiago Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2[4].
Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio
Marc’Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan.
Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro 2-0[5] sekaligus
mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions
terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus F.C. dari Cagliari
membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah Internazionale; karena,
beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya
dengan Catania, 2-0.
Memasuki
bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat
ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan
hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya
Milan harus takluk dua kali berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo
dengan skor 3-1. Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar
musim ini pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara
Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San
Siro[7], sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan
mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan.[8] Sejak
mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru
Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan
untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.
Era Allegri
Musim
2010/2011, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan
mulai dari sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir
bursa transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C.
Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan
Robinho dari Manchester City.
Pada musim
petamanya di Milanello, Allegri sukses mempersembahkan satu scudetto bagi AC
Milan. Dengan didukung Ibrahimovic yang baru datang dari Barcelona, lini depan
Milan menjadi sangat menakutkan, terlebih lagi dengan didukung pemain lawas
seperti Clarence Seedorf, Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, dkk.
Musim
2011/2012
Musim ini
ditandai dengan perpanjangan kontrak bagi Mark van Bommel, Flavio Roma,
Alessandro Nesta, Filippo Inzaghi, Massimo Ambrosini dan Clarence Seedorf untuk
satu musim ke depan, dan Thiago Silva hingga musim 2016, mengontrak defender
Philippe Mexès dan Taye Taiwo secara gratis, mendatangkan Kevin-Prince Boateng,
Alberto Paloschi, Nnamdi Oduamadi, Rodney Strasser and Gianmarco Zigoni, yang
kesemuanya masih dalam status kepemilikan bersama dengan Genoa, plus Marco Amelia, yang masih dalam status
pinjaman dan sebagai gantinya Milan menjual Sokratis Papastathopoulos. Di
samping itu, Rossoneri mengontrak penuh Stephan El Shaarawy, sedangkan Alexander Merkel bergabung dengan Genoa dalam
status kepemilikan bersama, namun banyak milanisti yang terhentak karena
keputusan Allegri yang melepaskan Andrea Pirlo secara gratis ke juventus. Hal
ini terbukti menjadi blunder terbesar Allegri karena Pirlo mampu bermain
cemerlang dengan seragam Juventus di bawah asuhan Antonio Conte. Dan kombinasi
Pirlo + Conte pun sukses mempersembahkan satu buah Scudetto bagi juventus dan
membuat Milan finish di peringkat kedua pada akhir musim.
Musim
2012/2013
Dengan
alasan peremajaan skuad, Rossoneri melepas para legenda Milan seperti Gennaro
Gattuso, Alessandro Nesta, Clarence Seedorf, and Filippo Inzaghi. Mark van
Bommel juga memutuskan untuk meninggalkan Milanello dan kembali ke Negara
asalnya Belanda dan kemudian bergabung dengan PSV. Pemain pertama yang
didatangkan adalah Riccardo Montolivo yang bergabung secara gratis dari
Fiorentina, dan Bakaye Traoré yang
bergabung dari AS Nancy. Milan juga mengontrak seorang kiper muda bertalenta
Gabrielyang bergabung dari klub brazil Cruzeiro, yang diikuti dengan kedatangan
Francesco Acerbi dan Kévin Constant dari Genoa. Pada tanggal 14 Juli, Milan
menerima tawaran 42 juta Euro untuk bek Thiago Silva dari Paris Saint-Germain.
Tiga hari kemudian, Milan menerima 23 juta Euro untuk Zlatan Ibrahimović. Lalu
Milan juga membuat tukar guling antara Giampaolo Pazzini dengan Antonio Cassano
yang pindah ke klub rival mereka, Inter Milan. Pada hari terakhir transfer,
Milan mendatangkan M'Baye Niang dari SM Caen, Bojan Krkić dari Roma, Nigel de
Jong dari Manchester City. Pada bursa transfer musim dingin, Milan menjual
Alexandre Pato dan mendatangkan Mario Balotelli dari Manchester City. Musim ini
menandai peremajaan skuad Rossoneri dengan ditandai permainan impresif dari
Stephan El Sharawy pada paruh musim pertama dan Mario Balotelli pada paruh
musim kedua yang mampu membawa Milan finish di peringkat ke tiga dan berhak
untuk satu tiket knock off Liga Champion berhadapan dengan Ajax Amsterdam
dimana kemudian Milan sukses menaklukkan Ajax dengan agregat skor 4-1 dan Milan
pun berhak berlaga di Liga Champion untuk musim 2013/2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar