Misi pembusukan Islam oleh kaum orientalis
Untuk
memudahkan mengenali kaum orientalis, yang dimaksud adalah tokoh tokoh barat
yang mempelajari ajaran Islam, namun bukan untuk diamalkan, melainkan sekedar
dipahami dan dijadikan sebagai literatur ilmiah dalam konsep pemikiran mereka.
Untuk itulah, jika mereka temukan dalam ajaran Islam hal-hal yang dianggap
tidak sesuai dengan pemikiran mereka, maka akan dikritik dan disanggah. Lebih
ekstrim lagi, sebagian kaum orientalis ini sengaja mempelajari keIslaman namun
mereka menempatkan Islam sebagai musuh yang harus dimusnahkan. Maka setiap
temuan yang mereka dapati dari sisi ajaran Islam maupun perilaku umat Islam, yang
dianggap bertentangan dengan keyakinan mereka akan dijadikan bahan untuk
menjatuhkan dan menghancurkan Islam.
Pada
hakikatnya, kaum orientalis tidak memahami ajaran Islam secara tepat. Mereka
tidak mengerti bahwa Islam bukanlah atama yang harus sesuai dengan pemahaman
barat. Mereka tidak tahu pula bahwa Islam adalah agama atau aturan hidup bagi
manusia yang diturunkan oleh Allah kepada nabi muhammad Rasulullah Sholllahu
'Alaihi Wa Sallam untuk diajarkan kepada seluruh umat manusia di timur maupun
barat. Jadi sekali lagi Islam bukanlah seperti apapun yang ada pada pemikiran
kaum orientalis.
Tokoh
tokoh orientalis sejak lama berupaya menjatuhkan agama Islam dengan berbagai
manuver. Sebut saja Abraham Geiger. Pada tahun 1833 ia menerbitkan buku dengan
hasil pemikiran kontroversinya. Abraham Geiger mendekripsikan Alquran menurut
aspirasi modern, yaitu menganggap bahwa isi dari Alquran adalah saduran dari kitab taurat, dengan bukti banyaknya kata yang berasal dari
bahasa ibrani, bahasa kaum yahudi, yakni Jannatu’adn, sabt, Ma’un, Matsani dan
lain sebagainya. Pihak orientalis selamanya tidak pernah tinggal diam melihat
pesatnya perkekembangan Islam di muka bumi ini. Mereka teramat jengkel, karena
melihat kenyataan bahwa semakin kuat serangan dan fitnah terhadap umat Islam,
ternyata semakin banyak pula orang yang mengakui kebenaran ajaran Islam di muka
bumi ini.
Kaum
orientalis ingin memadamkan cahaya agama Allah, namun Allah tetap menghendaki
tersebarnya agama Islam, sekalipun orang-orang kafir itu marah dan menolak Islam
dengan beberapa macam cara. Di samping kaum orientalis melancarkan serangan
secara pengkaburan ilmiah, mereka juga melesakkan manuver-manuver yang lain.
Sebagai
contuh, saat konsensus menunjukkan bahwa umat Islam di Belanda semakin naik, maka
kaum orientalis menjadi gusar. Mereka mencoba meredam perkembangan Islam dengan
membuat film FITNA. Mereka menampilkan film dokumenter peristiwa runtuhnya
gedung WTC disertai dengan ayat-ayat Alquran dan khotbah beberapa tokoh Islam.
Ada pula foto sejumlah mayat bergelimangan dengan luka-luka bersimbah darah.
Mereka menulis tema besar dalam mengiringi film dokumenter tersebut dengan
tuduhan keji : INILAH HASIL KEKEJAMAN AJARAN ISLAM. Ada pula slogan yang berbunyi : STOP
PERKEMBANGAN ISLAM. Jelas film ini dikembangkan oleh kaum orientalis yang
antipati terhadap ajaran Islam. Jadi sifat antipati terhadap ajaran agama Islam
adalah salah satu misi besar yang gencar diusung kaum orientalis dan
pengaruhnya terhadap umat Islam pun mulai terasa.
Keterpengaruhan
umat Islam oleh misi orientalis ini bisa dibuktikan dengan munculnya tokoh Islam
atau beberapa figur tokoh nasional beragama Islam yang berpengaruh di negara
kita, namun mereka dengan terang-terangan menyatakan penolakannya tentang
pemberlakuan pelaksanaan syariat Islam secara menyeluruh di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena mereka menjadi apriori terhadap ajaran syariat Islam,
mengikuti perilaku kaum orientalis.
Dengan
demikian, sudah selayaknya umat Islam menolak semua bentuk intervensi kaum
orientalis di dalam upaya penghancuran Islam dari dalam. Termasuk juga ikut
berjuang membongkar konspirasi jahat kaum orientalis yang selalu berusaha
menjauhkan umat Islam dari ajaran agama yang sudah digariskan oleh Allah dan
Rasulullah Sholllahu 'Alaihi Wa Sallam.
Wallahu
a’lam.
Oleh : KH. Luthfi Bashori
Disadur dengan perubahan kata tanpa merubah arti dan makna
tulisan dari Buletin JTR Singosari – edisi 39, minggu ketiga Januari 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar